Terperangkap Peradaban Kamera
Nada-nada yang sebelumnya dia
lantunkan di padepokannya yang membuat dia dianggap guru spiritual kini
sudah tak terdengar. Dia hanya tertunduk malu dengan kondisi tertangkap
tangan. Satu per satu muncul pengakuan yang me-mojokkannya. Noda yang
terkuak saat ini seolah menutup nada-nada dalam bentuk nasiaktivitas
kalangan profesional. Sebut saja di sini dua kalangan yang identik
dengan guru spiritual dan motivator, yakni artis dan wirausahawan.
Dunia selebriti yang penuh cobaan duniawi sering mendambakan sosok
guru spiritual Tak jarang kalangan artis mencari pembimbing hidup
rohaninya kepada guru spiritual. Di sinilah posisi orang seperti Aa
Gatot dibutuhkan kalangan artis. Apalagi Aa Gatot mempunyai padepokan
(catatan bukan pesantren) yang dulu dikenal bisa membuat para artis hidup lebih tenang.
Sementara
kalangan entrepreneur dengan berbagai usaha startup-nyz selalu haus
menghadiri training para motivator. Saat ini dunia motivator sedang
tumbuh pesat Selain Mario Teguh
yang dinobatkan sebagai motivator nomor 1 Indonesia, ada nama-nama
lain, seperti Tung Desem Waringin, Rhenald Kasah, Christian Adrianto,
Hilbram Dunnar, dan lainnya.
Kedua, pencitraan (guru spiritual
dan motivator) merupakan profesi tidak sembarangan. Kepercayaan, sikap
hidup, orientasi ke depan, dan harapan kalangan artis serta
wirausahawan dipertaruhkan di tangannya. Sebelumnya juga pernah ada
kasus Anand Krisna, seorang guru spiritual yang dilaporkan negatif oleh
seseorang. Juga ada seorang dai muda hasil audisi yang terkena kasus
dengan salah seorang kru audio di sebuah acara yang membuatnya
menghilang dari layar kaca. Ini hanya gambaran betapa seseorang yang
menyan-
TIGA pekan ini kita di-gegerkan dua peristiwa
menggemparkan. Pertama, tertangkapnya orang yang sering dijuluki guru
spiritual bernama Gatot Brajamusti Dia ditangkap di Mataram setelah
terkena operasi tangkap tangan pihak kepolisian setempat dengan barang
bukti serbuk sabu. Kedua, "diadilinya" orang yang dijuluki sang
motivator bernama Mario Teguh karena ada seorang pria bernama Ario Kiswinar Teguh yang mengaku anaknya. Mario
"diadili" kalangan netizen sekaligus oleh Bayu Sutiono di salah satu
program khusus di stasiun TV swasta. Kebetulan keduanya mewakili sosok
yang menjadi panutan, yakni guru spiritual dan sang motivator.
Publik
sangat mengenal keduanya karena mereka dibesarkan layar kaca dengan
sorotan kamera video. Tanpa jasa kamera, popularitas keduanya mungkin
tidak sehebat sekarang. Ketika mereka menjadi viral di media massa pun
publik mengetahui semua. Jadi, mereka diangkat dan dijatuhkan oleh mata
kamera yang diterima oleh mata hati pemirsa.
Berkaitan dengan "kehebatan" kamera, belum lama ini pakar manajemen Rhenald
Kasali
meluncurkan buku terbaru berjudul Camera Branding Cameragenic vs
Aura-genic Lewat buku ini. Rhenald berusaha menyodorkan sisi menarik
dari sebuah fenomena zaman. Menurutnya, tanpa disadari, masyarakat kita
telah berada di dalam sebuah peradaban baru yang disebut peradaban
kamera.
"Hampir semua orang, apakah itu presiden, politisi,
pengacara, artis ataupun petani dan pemulung, tak ada satu pun yang
pergi tanpa membawa kamera. Ya, kamera saku maupun kamera ponsel,"
ujarnya mengutip kalimat-kalimat yang ada dalam pengantar buku barunya
itu.Tapi di depan kamera tak ada yang asli. Semua adalah akting,
kecuali diambil dengan teknik hidden atau can-did camera."Artis-artis
papan atas memakai bulu mata dan rambut palsu, para CEO memasang dagu
wibawa, anak-anak alay bergaya lepas, dan politisi berebut bicara.
Begitu dimatikan, manusia berhenti berakting, melemaskan
otot-otot-nya, dan kembali apa adanya.
Nada dan noda Kini
keduanya sedang bergelut dengan nada dan noda. Gatot Brajamusti kini
harus mendekam di rutan Polda NTB.hat spiritual, lagu religi, dan
santunan kepada wong cilik.
Demikian juga dengan sang motivator. Mario
yang biasa menyusun nada diktif dan kini menarik ibarat pegas, semakin
keras penolakannya terhadap tuntutan Ario yang mengaku anaknya, loan
keras pula reaksi yang muncul di masyarakat virtual. Tak
tanggung-tanggung adik kandung Mario ikut membela keponakan. Ya, nada-nada indah yang sering Mario lontarkan di sebuah program TV swasta seolah berubah menjadi noda. Berbagai reaksi netizen cukup memojokkan dia.
Menjadi
besar lewat kamera dengan pencitraan mulia seperti guru spiritual dan
motivator tidak gampang. Ketika populer, berbagai keuntungan mengalir.
Penghargaan dalam bentuk uang, sanjungan, dan penghormatan dari publik
cukup tinggi Tapi ibarat pepatah "semakin tinggi kita naik maka semakin
kencang pula tiupannya". Kini, ketika sedang di atas keduanya ditiup
bukan oleh angin sepoi tapi badai dahsyat
Selebriti dan profesional
Kehadiran
guru spritual dan motivator dalam dinamika kehidupan sering
membantudang guru spiritual atau tokoh agama rawan godaan dan ujian.
Sang motivator pun demikian. Para calon pengusaha dan profesional
seolah menyerahkan orientasi bisnisnya kepada sosok ini. Mereka
terkadang harus membayar cukup mahal untuk mengikuti ceramah dan
pelatihannya. Jika guru spiritual oleh pengikutnya dianggap manusia
"setengah dewa", sementara motivator dijuluki "nabinya" kalangan
profesional. . Ketika selebriti maupun profesional kondisinya seperti
ini maka guru spiritual dan sang motivator tak boleh bernoda. Jika
ternoda maka mereka akan dicela, dirisak, dan dibuang. Ya, kini mereka
terperangkap peradaban kamera. Semoga menjadi ajang introspeksi
diri.*"
No comments:
Post a Comment