Apapun Ingat Allah
BIASANYA kita mengingat Allah ketika mengalami keterpurukan, lalu berdoa dan meningkatkan ibadah. Namun, saat senang, kadang lupa kepada-Nya. Seberat apapun beban kehidupan ini akan terasa ringan manakala senantiasa dekat dan mengingat Allah dengan hati maupun lisan.
Semua orang pasti mendambakan ketenangan, tenteram, damai dan
sejahtera dalam kehidupan. Ia berharap agar Allah selalu hadir dan membimbing segala aktivitas hidupnya dengan istiqomah mengingat Allah (zikrullah). berdo'a diiringi pengamalan.
Namun iman seseorang ada kalanya naik dan ada katanya pula turun sehingga kondisi hatipun bisa berubah-ubah, padahal hati adalah benteng yang menjaga segala macam ujian dan godaan. Untuk men-iaga agar benteng itu senantiasa kokoh yakni dengan selalu mengingat Allah.
Mengingat Allah itu pada hakekatnya adalah amalan hati, bisa dimana saja dan kapan saja, tidak hanya ketika dalam sholat atau setelah beribadah. Orang beriman baik dalam keadaan susah maupun senang hatinya akan selalu mendekat de-
ngan Allah, karena Allah berjanji akan memberikan keutungan bagi hambaNya yang hatinya selalu dekat dengannya 'Dar, banyak-banyaklah mengingat Allah supaya kamu memperoleh keberuntungan.' (QS Al Anfaal:45).
Hati yang beku dan mati tidak akan merasa terbebani rasa sedih ketika melakukan hal-hal yang melanggar syar'i. Karena itu agar hati tidak beku dan mati maka membiasakan hati senantiasa dekat dengan Allah.
Memang berbeda antara orang yang berdzikir mengingat Allah dengan yang tidak. Dari Abu Musa dari Rasulullah bersabda .'Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan yang tidak berdskir adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati". (HR. Bukhari).
Mengingat Allah itu amalan hati, setiap aktivitas seorang hamba, bahkan sampai pada setiap hembusan nafas maupun detak jantung kita, jangan sampai melupakan Allah. Rasulullah bersabda, "Ingatlah Allah ketika senang, maka Allah akan mengingat engkau ketika sulit" (HR. Hakim).
Ada kalanya orang melakukan maksiat karena sedang tidak mengingat Allah, sedang lupa kepada Allah sehingga fikir dan rasanya tidak terkendali, seperti halnya tayangan yang putus. Jadi, orang-orang yang melanggar aturan Allah pada hakekatnya adalah orang-orang yang lupa kepada Allah sehingga menjadikan mereka liar.
Wallohu a'lambishshawab. m H. Nuchasin M. Soleh/ Harian Terbit
No comments:
Post a Comment