Burkini Bisa lindungi
Kulit dari Kanker
HAM PBB Tepis Alasan Pelarangan Burkini di Prancis
SEMENTARA perdebatan hangat terkait pakaian renang "burkini" berlanjut di ranah politik Eropa, para ahli kanker kulit yang mengadakan pertemuan di Austria menyatakan pakaian renang yang menutup seluruh anggota tubuh itu ternyata bisa melindungi kulit dari kanker.
Para ahli tersebutbertemu dalam Kongres Ke-16 Dunia mengenai Kanker Kulit (WCCS) di Ibu Kota Austria, Wina, dan menyatakan pontensi kanker kulit yang mematikan seperti melanoma atau Basal-cellkarsinomaadalahpenye-bab utama akibat paparan SinarUl-tra Violet, demikian menurut laporan Austria Press Agency.
Kasus kanker jenis itu telah meningkat secara dramatis sejak Perang Dunia II, dan diperkirakan meningkat lagi dalam beberapa dasawarsake depan, laporXinhua..
Tabir Matahari bukan cara yang efektif dalam melindungi manusia dari kanker kulit, dan satu studi Jermanyang diperlihatkan olehpara ahli menunjukkan bahwa perkembangan pendahulu melanoma tidak berkurang dengan penggunaan lo sion dan krim semacam itu.
Ahli dermatologi Jerman Claus
Garbe menyatakan pakaian, seperti dalam bentuk "burkini", kini menjadi cara terbaik dalam melindungi kulit dari kanker.
Dia menyatakan pakaian renang tersebut semula dibuat di Australia, tempat kanker kulit muncul dalam jumlah sangat banyak, dan saat ini separoh dari semua orang yang mengenakannya adalah orang yang bukan Muslimah.
Pada perkembangan lain dilaporkan, berbagai alasan disampaikan kota-kota pesisir di Prancis untuk menerapkan larangan pakaian burkini. Namun, alasan-alasan tadi terkesan dibuat-buat dan dipa-tahkanolehbadanHAMPBB yang mengecam larangan tersebut.
Salah satu alasan kota Prancis melarang burkini adalah untuk mencegah ekstremisme berkedok agama yang bisa memicu tindak terorisme.
Prancis memang tengah waspada menyusul serangan teroris di Paris yang menewaskan ratusan orang. Pelanggaran Kebebasan Asasi
Rupert Colville, juru bicara Komisi Tinggi HAM PBB, UNH-CHR, mengatakan alasan keamanan tidak bisa diterima.
Menurutnya, pelarangan pakaian renang wanitayang menutup seluruh tubuh itu merupakan pelanggaran kebebasan asasi dan justru memicu ancaman keamanan.
"Peraturan ini tidak akan meningkatkan situasi keamanan, tapi malah menyebabkan intoleransi beragama dan stigmatisasi Muslim di Prancis, terutama wanita," tandas Colville.
"Dengan memicu polarisasi antarakomunitas, larangan pakaian ini hanya akan meningkatkan ketegangan dan merusak upaya perlawanan dan pencegahan kekerasan ekstremisme," lanjutnya, seperti dikutip The Independent.
Alasan lainnya yang dikemukakan kota pelarang burkini adalah soal kebersihan dan bisa memicu reaksi keras dari masyarakat. Colville membantah alasan ini dengan mengatakan bahwa
wanita pemakai burkini tidak bisa disalahkan atas kekerasan atau reaksi buruk warga terhadap mereka.
" Setiap bentuk kekhawatiran atas ketertiban umum seharusnya dialamatkan kepada mereka yang memicu kebencian atau yang bereaksi dengan kekerasan, bukannya wanita yang hanya ingin berjalan di pantai atauberenang dengan pakaianyang mereka anggap nyaman," ucapnya.
"Mereka juga tidak bisa mengklaim larangan pakaian ini perlu dilakukan demi kebersihan atau kesehatan publik," jelas Colville lagi.
Diajuga mementahkan argumen para pendukung larangan burkini yang mengatakan peraturan ini diterapkan demi kesetaraan gender dengan melawan pakaian yang membatasi kebebasan wanita.
Menurut Colville, peraturany ang "mempermalukan dan merendahkan" tidak akan bisa menegakkan kebebasan.
Colville menyeru seluruh hotel tepi pantai di Prancis agar mematuhi keputusan pengadilan tinggi negara itu yang mengatakan larangan burkini tidak sesuai dengan konstitusi. (xinhua/afp/es)
No comments:
Post a Comment