Faisal Basri: Harga Gas Mahal Ulah Mafia
Jakarta, HanTer—Harga
gas di Tanah Air tergolong mahal, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Di mana, saat ini khusus harga gas industri mencapai USD 8-10 per million metric british i thermal unit (MMbtu).
Mantan Ketua Satgas Anti Mafia Migas, Faisal Basri menyebut, mahalnya harga gas industri tersebut karena pe-
ngelolaan yang tidak sehat Pengelolaan yang demikian, membuat bisnis gas menjadi permainan para pemburu rente atau 'mafia' gas.
"Bertahun-tahun praktik bisnis gas tidak sehat tanpa penyelesaian yang menohok ke akar masalah. Salah satu akar masalah utama adalah bisnis gas dijadikan bancakan oleh para pemburu rente," kata Faisal dikutip dalam
sekedar calo itu dimiliki oleh figur yang dekat dengan kekuasaan serta para pensiunan pejabat. Saya memiliki daftar komisaris dan direksi perusahaan trader itu,* tandasnya.
Faisal mengkutip Laporan Tahunan 2014 tertera Pertagas, hanya menjual langsung gas kepada dua pengguna akhir, yaitu PT Pupuk Sriwijaya (Persero) dan pabrik keramik PT Arwana AK. Selebihnya dijual kepada 19 trader.
"Conton gamblang yang membuat harga gas sangat mahal adalah yang dialami oleh pengguna akhir PT Torabika. Gas yang dibeli oleh PT Torabika berasal dari sumber gas Bekasi. Trader pertama memasok ke trader kedua dengan harga USD 9 per MMBtu," tegasnya.
Selanjutnya, PT Mutiara Energi memindahtangankan gas
ke PT Berkah Usaha Energi seharga USD11,75/MMBtu dengan menggunakan pipa open access milik Pertagas dengan toll fee sebesar USD0,22/MMBtu.
Dengan demikian PT Mutiara Energi memperoleh margin USD2,53'MMBtu tanpa bersusah payah membangun infrastruktur pipa. PT Berkah Usaha Energi membangun pipa sepanjang 950 meter untuk menyalurkan gas kepada trader berikutnya, yaitu PT Gazcom Energi dengan harga USD12,25/MMBtu.
Berarti PT Berkah Usaha Energi memperoleh margin USD0.5 MMBtu dengan hanya membangun pipa tak sampai 1 km. Dengan membangun pipa sepanjang hanya 182 meter, PT Gazcom menjual gas miliknya kepada pembeli akhir PT Torabika dengan harga USD14,50/MM-
Btu. Pipa sependek itu menghasilkan margin USD2,25/MMBtu. Ia menuding, adanya praktik ini membuah harga gas dari trader pertama ke pembeli akhir menjadi meningkat dari USD9,00/MMBtu menjadi USD 14,50. "Menggelembung sebesar USD5,5/MMBtu. Angka itu belum memperhitungkan harga beli yang harus dibayar oleh trader pertama," tukas dia.
Oleh karena itu, ia berpendapat alangkah baiknya pemerintah menertibkan praktek bisnis gas yang amat tidak sehat sebelum mendirikan holding migas. 'Kalau dipaksakan, sangat boleh jadi praktek pemburuan rente bakal melebar dan membesar. Perusahaan yang betul-betul sehat akan terseret menjadi obyek bancakan baru," bebernya.
■ Arbi
No comments:
Post a Comment