Penggusuran Rawajati Berdarah-darah
Warga Bertahan di Pinggir Rel KA
PENERTIBAN rumah warga di Jalan Rawajati Barat, Pancoran, Jakarta Selatan, berlangsung rusuh. Kamis (1/9) pagi kemarin. Ratusan petugas gabungan dihalau warga hingga terjadi baku hantam. Tak ayal berjatuhan korban luka-luka dari kedua belah pihak.
Sebelumnya, ratusan warga RT 09 RW 04 di Rawajati, Pancoran, melakukan salat gaib menjelang penggusuran. Warga berdoa agar Pemerintah DKI Jakarta tidak jadi menggusur. Suana dramatis berlangsung pada saat doa.
"Ya Allah kami mohon, kepada siapa lagi saya memohon," pinta salah satu warga sembari berlinang air mata. Namun setelah doa berakhir, setidaknya 500 petugas Satpol PP bersama aparat gabungan merangsak masuk ke lokasi. Mereka bersiap siaga di lokasi gusuran, menunggu perintah untuk eksekusi.
Berdasarkan pantauan di lokasi, ratusan aparat gabungan kemudian menerobos masuk ke pemukiman warga. Saat hendak masuk, aparat dihadang ratusan warga. Alhasil, warga dan aparat pun saling beradu mulut. Beberapa tokoh masyarakat seperti Ratna Sarumpaet dan anggota DPRD DKI, Syarif pun turut hadir untuk berdialog guga mencari solusi. Namun dialog tak mempan. Petugas bergeming.
Bentrokan pun tak terhindarkan tat kala petugas memilih tetap mengeksekusi bangunan. Batu konblok dan botol pun melayang ke arah petugas. Warga yang menolak pun tampak ditarik oleh Satpol PP dan dihajar beramai-ramai. Sedang warga yang perempuan dipe-gangi agar tidak melawan petugas. Saat baru masuk ke pemukiman warga, ratusan aparat gabungan disambut botol dan bebatuan.
Aparat sempat terpukul mundur, tapi kembali merangsek masuk dengan membawa pelindung ■
Hingga kini, ratusan aparat gabungan masih mencoba memasuki kawasan penduduk untuk merobohkan tiap bangunan yang ada di Rawajati Barat tersebut.
Sementara, seorang warga perempuan jatuh pingsan karena tak kuat saat dipegangi polisi. Dia Nampak syok menyaksikan rumahnya itu akan diratakan aparat gabungan.
Salah seorang warga, Herman Suseno, 28, karyawan swasta, mengaku sempat diinjak-injak Satpol PP. Pria tersebut mengenakan kaos putih dan kacamata mengatakan, pada Kamis pagi kemarin, dia tidak berangkat kerja. Karena tidak bisa
meninggalkan orangtuanya. Bahkan barang-barang dia sudah keluar semua. 'Kita gak tau akan kemana ini. Namun kata warga lainnya disuruh bertahan dulu di sini," ujar Herman, sambil menunggu barang-barangnya di dekat bantaran rel Kereta Api.
Dia menambahkan, sebelumnya warga sudah diberikan surat peringatan SPI. Namun pada pagi kemarin, bangunan rumah langsung diratakan dengan tanah. Sosialisasi dari Pemkot Jakarta Selatan juga tidak jelas, hanya yang dia tahu ada rapat dipanggil "Pokoknya warga disuruh pindah ke Marunda. Lalu keluar surat 25 Agustus 2016 lalu agar warga segera pindah," katanya.
Dikatakan Lurah setempat bernama Rudi Budiyanto sempat meneror warga setempat. Sedangkan dia (Lurah) itu bilang ini tanah harus rata dahulu. Hingga akhirnya buntutnya pecah kemana "Saya dan warga pun masih negosiasi. Sampai akhirnya saya diinjak-injak sama Satpol PP. Sampai saya dijenggut juga," ujar warga setempat.
Menurutnya, warga awalnya anteng dan tidak ada provokator. Namun tiba-tiba mungkin ada yang disusupi. "Kita gak mengerti sama pemerintah ini. Harusnya negosiasi dulu dong, namun Satpol PP ada yang memulai dan merangsek warga. keluhnya.
Alhasil, pamannya Mismanto. 49, mengalami kepala bocor karena ditimpuk. Kita warga
dibiasakan. "Yang kaya makin kaya, yang miskin tambah miskin," sesalnya. Saat warga memindahkan barang-barang perabotan rumah tangga ke bahu jalan dan dekat bantaran rel Kereta Api. Terlihat warga yang memindahkan barang seperti motor dan kulkas serta lemari ke dekat pinggiran rel KA. Itu itu sangatlah membahayakan keselamatan warga
setempat itu sendiri. Karena dalam beberapa menit saja, Kereta Commuter Line pada dua lajur Kereta tampak silih berganti melintasi lokasi penertiban bangunan.
Saat ditanya akan kemanakah warga, dia tambahkan, saat ini kita diam dulu di sini. "Kita ikut keputusan warga sini saja," tegas Herman Suseno, 28, karyawan Swasta. Kemudian ada
juga rumah warga anak mantan RW 004 namanya Musa di dekat Kelurahan Rawajati Barat. Menurutnya, rumah itu juga berada di pinggiran rel KA juga. Karena posisi rumahnya dekat dengan tanah PT KAI, sehingga petugas juga harus adil menertibkan bangunan itu juga. "Harus adil dong jadinya kalau menertibkan bangunan," tambahnya, (ibl)
No comments:
Post a Comment