Monday, 29 August 2016

Mumpung Mukidi

SUDAH sepekan ini, Mukidi tampil menghibur. Hingga Ahad (28/8/2016) pagi, nama Mukidi masih jadi topik pembicaraan di dunia maya. Saking populernya. Mukidi bahkan disebut-sebut mampu menekan elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Oleh karena itu, secara berseloroh disampaikan, Mukidi patutlah jadi kontestan pemilihan gubernur DKI Jakarta, bersaing melawan Ahok. Yang terakhir ini mungkin semacam ekspresi putus asa dari kelompok Asal Bukan Ahok.

Siapa Mukidi? Mukidi adalah sosok fiktif. Sedikit banyak kelakuannya mirip Si Kabayan. figur pandir sekaligus cerdas yang sangat tenar di Jawa Barat dan Banten. Nama Mukidi tampil dalam kemasan humor-humor pendek. Mula-mula humor yang tak biasa seperti berikut ini

Syahdan, Mukidi sedang duduk di bangku, menunggu kelahiran anaknya di rumah sakit Di depannya, seorang pria mondar-mandir gelisah. Tiba-tiba terdengar tangjsan bayi, "Oek... oek...."

Mukidi "Alhamdulillah...."

Mendengar tangisan bayi itu, pria yang mondar-mandir tadi menghambur ke ruang bersalin, tapi keluar lagi... kali ini sudah di atas kursi roda.

Mukidi "Bapak itu kenapa, Sus?"

Suster "Istrinya mau melahirkan, tapi waktu berangkat kemari tadi, istrinya ketinggalan di rumah..."

Belakangan, humor-humor lama diolah lagi oleh entah siapa dan nama tokohnya yang beragam-ragam diganti dengan nama Mukidi. Humor-humor daur ulang semacam inilah yang hadir dalamjumlah berlimpah memenuhi linimasa jagat maya.

Siapa Mukidi? Menurut penciptanya, Soetantyo Moechlas (64), cerita-cerita Mukidi sudah diunggah empat tahun silam di blog, tapi boro-boro ada yang me-like. Baru belakangan saja, entah mulanya bagaimana, namanya malah jadi hits. Mukidi berasal dari Cilacap. Dia adalah tipikal orang biasa-biasa saja, tidak terlalu alim, dan mudah akrab dengan siapa saja.

Mukidi bukan pengangguran seperti Si Kabayan. Dia punya pekerjaan meski tidak disebutkan apa. Walaupun demikian, Mukidi kadang-kadang bisa menjadi apa saja. Istrinya bernama Markonah yang juga punya karier yang tidak terlalu istimewa. Dari istrinya itu, Mukidi dikaruniai dua anak Mukirin yang sudah remaja dan M ukiran yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Mukidi juga punya sahabat yang bernama Wakijan.

Pendeknya, Muladi adalah warga negara pada umumnya yang secara ekonomi tidak berada di lapisan atas dan juga tidak di lapisan bawah. Jadi, tidak perlulah ikut program pengampunan pajak. Mukidi yang umurnya kira-kira 40 tahun adalah orang ke- banyakan. Jadi istimewa karena namanya Mukidi yang, menurut

(Bersambung ke haL u koL 4)

Soetantyo, mudah diingat Yang dibayangkan oleh Soetantyo tentang sosok Muladi adalah orangnya lugu dan sederhana. Mungkin versi kekinian dari Si Kabayan. Belakangan, Muladi tak cuma tampil dalam teks humor. Figurnya muncul dalam aneka meme dan ditempelkan di sosok siapa saja denganmaksud untuk membuat yang melihatnya tertawa. Berbeda dengan Si Kabayan yang namanya rasanya tak ada duanya di dunia nyata, nama Mukidi sudah ada yang punya. Jadi, empati dengan si empunya nama kalau hendak menjadikannya meme. Bayangkan kalau foto yang disebarkan di dunia maya adalah potret kerabat ki-ta yang diedit kopyol lalu ditempeli nama Mukidi. Bayangkan bahwa foto itu tersebar ke berbagai penjuru hanya untuk ditertawakan orang, tua-muda, besar-keciL Bayangkan perasaan Mukidi asli dan anaknya.

Sudah sepekan ini, Muladi tampil menghibur. Mereka yang kritis terhadap pemerintah, boleh saja berprasangka sosok Mukidi dimunculkan untuk mengalihkan isu. Mereka yang lebih santai memilihbersenang-senang dengan Mukidi. Sampai bosan. Sampai muncul humor-humor lain yang, anehnya, arahnya kembali ke Mukidi.

Sebelum benar-benar bosan dengan humor ala Mukidi, ada baiknya kita tutup takrif ini dengan nyanyian "Bengawan Solooo.... Riwayat muuuu... kidiiii..."***

No comments:

Post a Comment