Wednesday, 31 August 2016

Fenomena Guyonan Mukidi

MEDIA sosial, terutama Whats-App (WA) dua minggu terakhir ini dihebohkan dengan munculnya guyonan dengan aktor utama Mukidi. Tidak hanya grup WA yang bersifat non formal, bahkan grup WA kedi-nasanpun banyak dimasuki guyonan tersebut.

Humor-humor Mukidi mulanya tersebar melalui aplikasi perpesanan seperti BBM, WhatsApp, Telegram, Line ternyata bersumber dari blog yang beralamatkanceritamukidi.wordpress.com.

Sosok di balik Cerita Mukidi bernama Soetantyo Moechlas, warga Banyumas, Jawa Tengah. Humor-humor soal Mukidi awalnya digunakan pria yang akrab disapa Yoyok itu sebagai materi penyegaran dalam presentasi. Dipilihnya nama Mukidi dengan alasan nama itu mudah diingat.

Guyonan Mukidi digambarkan dalam berbagai profesi sebagai pelajar, remaja, pemuda, dan dalam beberapa humor Mukidi menjadi sosok suami yang telah berkeluarga. Sedangkan latar belakang asalnya

Cilacap, Betawi, Surabaya, dan tak jarang logat Madura.

Menanggapi fenomena tersebut mestinya kita bersikap selektif tidak ikut-ikutan latah mengcopy paste untuk disebarkan di berbagai macam grup. Bila satu atau dua kali dimuat di grup menimbulkan kesegaran dalam sebuah grup WA, namun bila terlalu sering akan menimbulkan kejenuhan dan menjauhkan dari fungsi dibuatnya sebuah grup WA. Karena sesungguhnya grup WA (utamanya yang bersifat kedinasan) dimaksudkan untuk wadah penyampaian informasi dan memperlancar jalannya kegiatan di kantor/sekolah/instansi bukan untuk bersenda gurau.

Terlebih lagi ada beberapa materi guyonan yang kurang pas apabila dibaca oleh anak di bawah umur, sebab tidak menutup kemungkinan WA seseorang dibaca oleh anaknya. Namun demikian kreativitas dari Yoyok patut mendapat apresiasi, karena sudah turut membuat banyak orang tersenyum. g

Drs Sutanto

Guru Seni Budaya MTsN Pundong.

No comments:

Post a Comment