Fenomena Guyonan Mukidi
MEDIA sosial, terutama Whats-App (WA) dua minggu terakhir ini dihebohkan dengan munculnya guyonan dengan aktor utama Mukidi. Tidak hanya grup WA yang bersifat non formal, bahkan grup WA kedi-nasanpun banyak dimasuki guyonan tersebut.
Humor-humor Mukidi
mulanya tersebar melalui aplikasi perpesanan seperti BBM, WhatsApp,
Telegram, Line ternyata bersumber dari blog yang
beralamatkanceritamukidi.wordpress.com.
Sosok di balik Cerita Mukidi bernama Soetantyo Moechlas, warga Banyumas, Jawa Tengah. Humor-humor soal Mukidi awalnya digunakan pria yang akrab disapa Yoyok itu sebagai materi penyegaran dalam presentasi. Dipilihnya nama Mukidi dengan alasan nama itu mudah diingat.
Guyonan Mukidi digambarkan dalam berbagai profesi sebagai pelajar, remaja, pemuda, dan dalam beberapa humor Mukidi menjadi sosok suami yang telah berkeluarga. Sedangkan latar belakang asalnya
Cilacap, Betawi, Surabaya, dan tak jarang logat Madura.
Menanggapi
fenomena tersebut mestinya kita bersikap selektif tidak ikut-ikutan
latah mengcopy paste untuk disebarkan di berbagai macam grup. Bila satu
atau dua kali dimuat di grup menimbulkan kesegaran dalam sebuah grup WA,
namun bila terlalu sering akan menimbulkan kejenuhan dan menjauhkan
dari fungsi dibuatnya sebuah grup WA. Karena sesungguhnya grup WA
(utamanya yang bersifat kedinasan) dimaksudkan untuk wadah penyampaian
informasi dan memperlancar jalannya kegiatan di kantor/sekolah/instansi
bukan untuk bersenda gurau.
Terlebih lagi ada beberapa materi
guyonan yang kurang pas apabila dibaca oleh anak di bawah umur, sebab
tidak menutup kemungkinan WA seseorang dibaca oleh anaknya. Namun
demikian kreativitas dari Yoyok patut mendapat apresiasi, karena sudah
turut membuat banyak orang tersenyum. g
Drs Sutanto
Guru Seni Budaya MTsN Pundong.
No comments:
Post a Comment