Pilkada DKI; Pertarungan Raja-raja
Oleh Drs H.Darwin Nasution, SH, MH
SBY mempersiapkan Agus pake bayang-bayang dirinya dengan Sylviana, birokrat yang mantan Wali Kota Jakarta Pusat. Perhitungannya pemilih Jakarta masih terbuai kisah romantik bersamanya dulu
Dalam Pilkada DKI Jakarta kita melihat mengemukanya kon-disifaktual dunia politik nasional Pilkada DKI merupakan pertarungan raja-raja, ataukalau tidak mau dise-butlebihlengkap sebagai pertarungan raja-raja dan ratu.
"Raja Berkuda" Dengan Anies -Sandiaga Bagaimana seorang Prabowo Subianto menggerakkan peran pengurus DPD Ge-rindra DKI menggagas Koalisi Kekeluargaan untuk membentuk satu wadah yang untuk mendukung pasangan calon. Pembentukan koalisi ini tidak tanggung-tanggung, mereka sudah mempersiapkan sese-orangyang sangatkuat sebagai penyandang dana yang siap juga tidakkeberatanmenja-di wakil. Dialah Sandiaga Uno, putra dari Mien Uno dengankekayaanyangdiumum-kanForbes tahunlah! sebesar Rp5,6 triliun. Sialnya Sandiaga Uno juga termasuk salah satu nama yang termasuk dalam daftar Panama papers (yaitu daftarnama orang dari seluruh dunia yangmembuka rekening "gelap" di Panama, dicurigai dengan maksud untuk menghindari pajak). Tidak sedikit peminat yang berusaha melamar ke Koalisi Kekeluargaan ini Dariyangmenyodorkan diri sendiri seperti Yusril Ihza Mahendra, atau yang didorong-dorong untuk maju seperti Letnan Jendral (Purn) Syafrie Syam-suddin yang digadang-gadang para purnawirawan TNI (terutama bekas teman teman dekat Prabowo Subianto). Sampai Risma Hariniyang datang dari Surabaya ke Jakarta.
Tetapi apalacur. Semua skenario gagal berantakan, malah adayangmenjadikor-ban. Misalnya pencopotan Bambang DH sebagai Pit Ketua DPD PDI Perjuang DKI Jakarta. Akhir kata, Koalisi Kekeluargaan itu tak jelas kelanjutannya seperti apa. Prabowo Subianto dengan Gerindra dengan PKS (salah satu partai dari Koalisi Kekeluargaan) , berusaha terus mencari pasangan.
Ternyata bagi mereka Yusril Ihza tidak menarik. Karena dari beberapa hasil survei ternyata memang elektabilitas nya tidak dapat diandalkan, yang jika dipasangkan dengan Sandiaga Uno hanya akan menyatukan dua elektabilitas rendah. Artinyake-mungkinan besar hasilnya adalah kekalahan. Syafrie Syamsuddin, bekas Pangdam Jaya idola masyarakat Jakarta pada peristi-wakerusuhan Reformasi Mei 1998, tidak jelas ujungnya kemana Ternyata tidakper-nah dibahas lagi, berita terakhir yang kita ketahui adalahpertemuannya dengan para ustadz dan "mantan" ustadz kondang yang menyatakan dukungan terhadap pencalonan Syafrie Syamsuddin. Setelahituberita beritanya hilang bak ditelan bumi.
Dengan Anies-Sandiaga, sang "Raja berkuda" berencana memainkan pertarungan Dikombinasikan dengan modal pero-lehankursiGerindradiDPRD DKI sejumlah 15 kursi diasumsikan didukung oleh jumlah konstiuen/pemilihyang signifikan, mungkin Prabowo sudah membayangkan akan memenangkan pertarungan ini.
"Raja Mercedez" Biru Dengan Agus -Sylviana
Di tengah kegalauan politik tingkat tinggi setelah "pecahnya" Koalisi Kekeluargaan, menjelang tenggat waktu terakhir pencalonan, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono—yang pada masa Megawati presiden menj abat—piawai mengke-coh Megawati saat itu. Karena secara diam-diam SBY mendirikan Partai Demokrat, yangkemudian dijadikannnyasebagaiken-deraan politik melawan Megawati dan memang ternyata berhasil mengalahkan Megawati.
Mengandalkankemampuanmembaca dan memanfaatkan situasi, SBYberusaha "mencarikan" jalankeluaruntukmemenuhi keinginan pimpinanpartai dari Koalisi Kekeluargaan yang tidak mendukung Anies-Sandiaga. Dia "menyodorkan" putranya
Agus Harimurti sebagai calon berpasanga-an dengan SytvianaMurnL Sepintas ini adalah pengorbanan seorang prajurit, yang atas panggilan tugas negara melepaskan jabatan Mayor dan mengundurkan diri dari keanggotaann TNI—menjadi calon gubernur belumadakepastianmenang. Iniadalah keahlian SBY, membentuk citra, pada segmen ini. Dia memunculkan peristiwa "heroik" seolah utuk mengatasi keinginan (sebagian) masyrakatyang ingin mencari alternatif Gubernur DKI dari Ahokyangkatanya kasar dan pemarah. Untuk itu seorang mayor TNI relamelepaskan jabatan dankeang-gotaannya di TNI.
Tapi nanti dulu, sepertinya jika dibahas lebih dalam kondisi ini sepertinya by design (keadaanyangdiciptakan),yanghanyatfesa;-«emyayangtahukapanharus muncul. Karena kita tahu, suka atau tidak suka, dalam budaya organisasi di Indonesia baik TNI maupun sipil, masa depankarier (terutama di tingkat atas) tergantung pada pimpinan paling atas. Bagaimanapun Agus Harimurti sebagai Mayor TNI anak mantan Presiden SBYyang pernah berseteru dengan Megawati—kelihatannyamasa depankarier Agus tidak akan berkilau seperti bila bapaknya (atauteman bapaknya) yang menjadi Presiden RI. Kalau tidak mau dibilang karirnya stagnan. Keadaan seperti ini jugapernah dirasakan Prabowo Subianto, sebagai menantu dari mantan presiden Suharto, yang tidak disukai Soeharto dan tidak dipercayai Presiden Habibie.
SBY mempersiapkan pertarungnya Agus yang pake bayang-bayang dirinya dengan Sylviana, birokratyangmantanWali Kota Jakarta Pusat. Dengan perhitungan pengaruh dirinya dan keluarga pemilih Jakarta akan tertarik dan masih terbuai dengan kisah romantik bersama SBY dan demokratnya dulu. Pemilihan Sylviana, selain diharapkan masih punya pengaruh pada masyarakan Jakarta, minimal di Jakarta Pusat yang pernah dipimpinnya, yang kalo nanti" kebetulan" pasanganinimenang makaAgus bisamenjadikan Sylvianamen-tornya dalam mengelola Jakarta.
"Ratu Wong Cilik" Dengan Ahok-Djarot
Tidakperludibahasmendalamlagikare-napubliksudahmengetahuikalauMegawati lebihpercayapopulariiasdanelektabilitasAhok diseniuasurveisehingganieminggirkansemua
kadernya untuk Jakarta-1.
Mega tidak ingin melepas Jakarta yang begitu strategis. Walau kadernya hanya untuk DKI-2. Sang Ratu Wong Cilik begitu yakin dengan Ahok walaupun dinilaikejam terhadap wong cilik Jakarta dengan program penggusuran pedagang kakilima dan rumah di pinggiran sungai.
Mega akhirnya menggunakan hak pre -negatifnya memasangkan Ahok dengan Djarot Targetyaharus menang dulu walaupun penantangnya kali ini berat dengan tokoh di belakangnyaraja-raja. Kalaupun Ahok-bukan kader—sampai terkenakasus hukum dalamkasus reklamasi, RS Sumber Waras dll kendali Jakarta malah beralih ke kader PDIP Strategi ratu.
Penulis adalah Mantan Dirut PT Perkebunan Sumut.
No comments:
Post a Comment