Monday, 10 October 2016

Nasib Bahasa Indonesia Memprihatinkan di Negaranya Sendiri
Menurut pendapat Zulkarnaen Sirait, situasi seperti ini dapat mengakibatkan kendala yang semakin besar bagi bangsa kita saat ini. Dikarenakan peranan lembaga pendidikan yang lebih mengutamakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar di setiap sekolah. Padahal bahasa Indonesia merupakan rumusan dari para pemuda sejak diproklamirkan.
Khususnya pada Sumpah Pemuda yang bertepatan jatuh pada bulan oktober. Untuk itu Presiden Joko Widodo harus memberikan instruksi tegas kepada Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy agar kiranya setiap sekolah lebih mengutamakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan diwajibkan dalam setiap pengantar pendidikan formal maupun nonformal.
"Semoga kiranya hal ini tidak terulang kembali di masa yang akan datang, apalagi bertepatan pada bulan ini merupakan bulan bahasa," kata Zulkarnaen Sirait.
Dharma Kelana Putra melihat faktanya memang Bahasa Indonesia kurang diminati oleh WNI (Warga Negara Indonesia), entah karena apa, hal ini tidak bisa dipahami karena penyebabnya sangat kompleks. Seringnya orang mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, agar terkesan gaul dan world class. Tapi hal ini malah bisa disebut sebagai bahasa orang kampung.
Misalnya kalimat, "at least kita masih punya uang seratus ribu buat ongkos", atau "better kita naik angkot aja biar lebih
murah". Nah, tentu kita khawatir jika tren menggunakan bahasa orang kampung ini berkembang dan terus menjangkiti orang Indonesia. Dampak yang kelihatan jelas adalah ketika kita membaca karya ilmiah mahasiswa.
Idenya bagus tetapi penguasaan bahasa Indonesia menjadi kelemahan yang sering menjadi perhatian. Tak terbayangkan sepuluh tahun ke depan media cetak menggunakan bahasa Indonesia yang berkembang seperti ini. Atau bahkan karya ilmiah di tingkat universitas. Ini tidak hanya tugas Balai Bahasa, tetapi juga tugas kita semua sebagai generasi penerus bangsa.
Ardan Ud menyebutkan bahasa Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negri sendiri kalau negara Indonesia menjadi pusat segala pengetahuan, Kemudian, negara Indonesia menjadi pusat ekonomi dunia. Selain itu, maka ini patut diragukan. Mari kita lebih membuka mata lebar-lebar daripada cuma asal ngomong soal ini dan itu.
Contoh simple saja, saat kita mencari hasil penelitian yang ingin kita gunakan
sebagai riset pembanding atau sekedar menambah isi otak. Kita akan dapat banyak sekali dari website luar dengan bahasa asing. Bahkan kita bisa dengan mudah mencarinya dari website-web-site pendidikan universitas di luar negri.
Sementara kalau kita berharap dapat yang bahasa Indonesia, dari website kampus Indonesia? Di-passwordbos!! Ilmu mahal buat orang kita, jadi ogah berbagi. Jadi, untuk saat ini dan mungkin sampai 50 tahun ke depan, menjadikan bahasa Indonesia tuan rumah di bangsa sendiri adalah mimpi.
"Karena situasi dan kondisi kita mengharuskan mencari ilmu pakai bahasa asing jika ingin maju. Jangan lupa, waktu kita lebih banyak habis untuk belajar, di sanalah bahasa Indonesia terpuruk," ucap Ardan Ud.
Campus Mahoni mengingatkan kebanggaan dan kecintaan pada suatu bahasa merupakan suatu pertanda kekokohan suatu negara. Bahasa tak hanya sebagai alat untuk berkomunikasi melainkan juga menjadi alat pemersatu bangsa. Semoga ini tak
sekedar momen seremonial, termasuk dalam menjelang 28 Oktober 2016 yang dikenal sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Di mana bawah dalam salahsatu sumpahnya termaktub di dalamnya tentang komitmen dalam berbahasa Satu yaitu Bahasa Indonesia, yang mana secara kebijakan dan praktiknya pemerintah, khususnya kementerian terkait mesti konsisten menjaga dan memprioritaskan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Kemudian meredam penggunaan bahasa asing, apalagi bahasa gaul dan alay yang dikhawatirkan akan merusak identitas dan nilai dalam berbahasa. Menghapus syarat untuk bekerja dan melanjutkan program pendidikan dengan syarat sertifikat bahasa asing termasuk tofel. Sebab, yang demikian itu sungguh menciderai cita persatuan dan kesatuan.
"Juga semangat Sumpah Pemuda walau penguasaan tentang berbagai bahasa merupakan keunggulan. Namun hal demikian bukan menjadi syarat mutlak," kata Campus Mahoni. •

No comments:

Post a Comment