Friday, 7 October 2016

Kemanunggalan TNI dan Rakyat dalam Kebudayaan
Tunggal 2 Oktober 2016 merupakan hari bersejarah. Untuk pertama kali, 99 putra dan I putri Destarastra dan Gendari tampil di panggung pagelaran wayang orang ber lakon Sutha Kurawa di Teater Jakarta laman Ismail Marzuki. Pergelaran bersejarah itti dihadiri Wapres Jusuf Kalla. Presiden VI Susilo Bambang Yudhoyono dua mantan Wapres Tri Sutrisno dan Budiono, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Mendagri Tjahjo Kumolo, Menin Retno Marsudi dan banyak lagi pejabat dan tokoh pemerintahan dan masyarakat, serta undangan lainnya. Sebanyak I (K) kurawa diperankan oleh para prajurit dan perwira TNI. Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo berperan sebagai Abiyasa, Mayor Jenderal TNI Yoedhi II Swaslono sebagai Nukula, Mayor Jenderal TNI Yoedhi Swastanto sebagai Sadewa, Marsekal Muda TNI Nugroho I'rang Sumadi sebagai Semar, Brigadir Jenderal TNI Firman Achmadi sebagai Werkudoro, Maudy Kusnadi sebagai Dewi Kunti, Olivia Zalianty sebagai Srikandi, Veni Rose sebagai Dursilowati, Ray Sahetapy sebagai Destarastra, Ario Bayu sebagai Kresna, (iiok I lartono sebagai Gendari, Aylawati Sarwono sebagai Drupadi.
Atas budi baik Panglima TNI, Gatot Nurmantyo pergelaran Satha Kurawa diangkat sebagai puncak acara Dirgahayu ke 71 tahun TNI. Panglima TNI membentuk panitia penyelenggara Sat|ia Kurawa dengan Ketua Umum, Mayjen TNI Dodik Widjanarko SH. Pelindung Laksdya TNI Dr. Didit I Ierdiawan MPA MBA, Penasehat, Mayjen TNI Wiyarto, S.Sos dan lainnya langsung menugaskan ribuan prajurit TNI untuk menatalaksana segala sesuatu terkait pergelaran, mulai dari para pemeran kurawa, laskar Srikandi, mengatur jadwal latihan sampai ke transpor dan konsumsi untuk masa latihan sampai ke saat pergelaran.
Mekanisme persiapan dimulai 3 bulan sebelum hari-H, saat pergelaran di panggung Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki. Satha Kurawa mengisahkan tentang dendam, iri hati dan keserakahan
kaum kurawa terhadap saudara-saudara mereka sendiri, Pandawa.
Berbagai macam cara licik dan tipu muslihat dilakukan kaum kurawa untuk merebut dan menguasai tahta kerajaan dari P a n d a. w a. P u n e a k perseteruan adalah terjadi pening Bharatayudha di padang Kurusetra di mana seratus kurawa tewas. Bhuratayudha menyisakan kepedihan dan kerugian luar biasa bagi kedua belah pihak yang berperang.
Dtumiiknn Kasih Sayung
Pergelaran Satha Kurawa diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa p a d a h a k i k a t n y a, m a n u s ia h arus senantiasa mengutamakan kasih-sayang dan menghargai sesama demi mencapai kehidupan yang aman, tenteram, dan damai.
Mengagumkan sekaligus mengharukan bahwa sejak' masa latihan sampai pergelaran Satha Kurawa, para prajurit TNI benar-benar secara nyata harafiah mcmanunggalkan diri dengan rakyat yang diwakili oleh paru seniman wayang orang, artis, tokoh masyarakat, dan para teknisi panggung.
Dari para seniman wayang orang, para prajurit dan perwira TNI menimba ilmu dan sukma pergelaran wayang orang. Dari TNI, para seniman belajar kedisiplinan dan penjadwalan tugas secara militer tanpa kompromi atas kekeliruan sekecil apa pun. TNI bersatupadu dengan rakyat menjunjung tinggi harkat dan martabat karsa dan karya kebudayaan bangsa Indonesia.
Pada pergelaran Satha Kurawa, kemanunggalan TNI dan rakyat yang telah perdana dibuktikan pada masa perang kemerdekaan Republik Indonesia di bawah pimpinan Panglima Besar TNI, Jenderal Besar Raden Soedirman telah kembali dibuktikan dengan kemanunggalan TNI pada usia 71 tahun pada masa dumai berbersatu padu dengan rakyat bergotong-royong menyelenggarakan pergelaran wayang orang kolosal dengan lelakon Salha Kurawa di bawah pimpinan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo . Terima Kasih, TNI dan Rakyat !
Penulis adalah Budayawan

No comments:

Post a Comment