7% Pemuda
Indonesia
Simpati
pada ISIS
Generasi muda Indonesia
mudah terhasut akibat lemahnya
kecintaan terhadap bangsa dan
Tanah Air.
RICKY P MARLY
NAHDLATUL Ulama (NU) menilai kecintaan generasi muda terhadap Tanah Air dan Pancasila sudah kendur. Akibatnya, generasi muda mudah terhasut pa-ham-paham radikal yang berpotensi memecah belah - bangsa.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj menyatakan data yang dia terima menunjukkan sebanyak 7 persen pemuda negeri ini bersimpati terhadap ISIS.
Tang bergabung dengan - ISIS sudah 1.240-an orang, yang mati 58-an orang, pulang dari Suriah puluhan," kata Said usai memperingati Hari Santri Nasional di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (22/10). ■ Said mengungkapkan angka im menjadi salah satu bukti ' lemahnya kecintaan generasi muda terhadap bangsanya ' sendiri sehingga potensi an-' caman teror radikal masih 1 besar terjadi di Tanah Air. "Perlu kita perkuat kembali komitmen kita terhadap NKRI," ujar Said. * -' -Said pun mengajak umat '' Islam Indonesia bersatu melawan segala bentuk upaya yang coba memecah-belah bangsa agar konflik horizontal yang sebagaimana terjadi di sejumlah negara Timur Tengah tidak melanda Indonesia.
"Irak korbannya sudah 1 juta lebih sejak 2002. Suriah korbannya 400 ribu, Yaman SO ribu. Libya bergejolak. Somalia berantakan. Indo- • nesia insya Allah dengan komitmen kita bersama, kita akan jaga," kata Said.
Lawan Bahaya Radikal
Bahaya radikal jadi sorotan NU dalam peringatan Hari Santri Nasional ke-2. Sebab, ancaman teror gerakan radikal belum sepenuhnya hilang.
NU mengajak seluruh elemen masyarakat memerangi kelompok radikal karena bertentangan dengan ajaran Islam. ISIS dan sekelompok organisasi yang menjadikan radikalisme dasar berdakwah harus kita lawan," kata Said AqiL
ISIS ataupun kelompok radikal sejenis, lanjut Said, jadi musuh bersama. Demikian juga dengan organisasi masyarakat keislaman yang menolak ideologi Pancasila sebagai dasar negara. Apalagi organisasi massa yang anarki. "Mereka juga harus kita luruskan. Ulama senantiasa mengajarkan Islam yang damai, dakwah Islam yang mengajak, bukan mengejek. Islam dapat merangkul, bukan memukul," ujarnya.
Ancamam gerakan radikal yang baru ini terjadi, seorang pemuda berusia 22 tahun. Sultan Ariansyah, menyerang tiga polisi secara membabi buta di Cikokol, Tangerang, Kamis (20/10). Sultan menyerang menggunakan golok. Dia juga sempat melempar diduga bom ke dalam pos polisi sebelum ditembak
petugas. (MTVN/R4)
No comments:
Post a Comment