Ahok Melawan Dirinya Sendiri
CUKUP disayangkan, setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama oleh Bareskrim Polri, Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) justru menyatakan bangga menjadi tersangka. Dia menyamakan dirinya dengan tokoh besar Afrika Selatan, Nelson Mandela, yang setelah dipenjara kemudian menjadi presiden Afsel.
Rupanya, kasus penistaan agama yang menjadi gelembung politik besar dan menciptakan sikap antipati masyarakat, khususnya kalangan umat Islam terhadap dirinya, tidak cukup menggugah kesadaran diri Ahok terhadap posisinya saat ini. Posisi sebagai pribadi dan
warga negara ataupun sebagai calon gubernur DKI Jakarta yang sedang running dalam pilkada.
Menurut Alfan Alfian, pengamat dari Universitas Indonesia, pernyataan bangga sebagai tersangka itu tidak etis dalam kultur politik negeri ini, yang mulai menghargai integritas pejabat negara. Hampir sama dengan Alfan, Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JAjuga menilai statuster-sangka sudah tidak sejalan dengan tradisi tata kelola pemerintahan yang baik {good governance).
Sebagaimana diberitakan di berbagai media cetak ataupun online, selain mengaku bangga sebagai tersangka kasus penistaan agama, Ahokjuga menyebut anaknya bangga ayahnya bukan sebagai ter-
sangka korupsi.
Pernyataan dan komentar Ahok itu jelas sangat mengejutkan dan menyentak nurani banyak orang. "Keberanian" dia mengucapkan ujaran-ujaran yang dapat menimbulkan kebencian khalayak itu, menimbulkan tanda tanya di kalangan banyak kalangan.
Lazimnya, seorang tokoh dari kalangan warga mayoritas negeri ini saja akan berpikir seribu kali untuk mengeluarkan pernyataan yang dapat menyinggung perasaan warga lain, terutama dari kalangan warga minoritas.
Mantan ketua umum MUI Din Syamsuddin dalam sebuah pesan pribadi yang sudah menjadi viral di media sosial mengatakan, dia menduga ada kekuatan besar yang sedang melindungi Ahok. Tidak disebutkan kekuatan besar itu berupa kekuasaan politik, ekonomi, atau aliansi tertentu.
Karena itu, Din menegaskan,
hal yang membuatnya tidak suka kepada Ahok bukan karena dia seorang Kristiani atau keturunan Tionghoa, melainkan sikap dan pernyataannya yang merusak kerukunan hidup beragama yang sudah dirajut dan dipelihara selama ini. Blunder Sendiri
Kaitannya dengan kebanggaan Ahok sebagai tersangka penistaan agama tentu menimbulkan penafsiran beragam. Din boleh menduga ada kekuatan di balik itu. Namun yang pasti, untuk seorang politikus sekaligus pernah menjadi pejabat negara, pernyataan kontroversial dan konfrontatif terhadap norma umum biasanya terkait dengan konsep diri.
Secara sosio-antropologis, seseorang membangun kesadaran diri dari konsep diri yang dikembangkan melalui tahapan sosialisasi. Dari tahapan itulah seseorang menemukan jati dirinya dan diterima oleh lingkungannya melalui interaksi sosial.
Apakah Ahok keliru membangun konsep diri atau mengalami problem psikologis sehingga seperti tidak menyadari berbagai blunder pernyataannya yang nyata-nyata merugikan diri sendiri, bahkan juga komunitas dan koalisi partainya dalam Pilkada DKI Jakarta 2017?
Sebagaimana rilis Denny JA melalui hasil survei LSI pada Jumat (18/11), setelah menjadi tersangka, sekitar60 persen dari 24,6 persen pendukung lamanya pergi meninggalkan Ahok. Disebutkan, "eksodus" paling mencolok adalah pemilih PDIP, kalangan minoritas, dan segmen pemilih menengah ke atas. Mereka adalah segmen pemilih yang selama ini kokoh di belakang Ahok.
Berbagai survei lain juga menyebutkan penurunan elek-tabilitas Ahok yang cukup tajam dari sebelum kasus Al-Maidah ayat 51 hingga penetapannya sebagai tersangka. Artinya, semua kerugian politik ataupun
nonpolitikyang dialami Ahok bersumber dari dirinya. Jadi, sesungguhnya, dia bukan se-
dang melawan banyak orang melainkan melawan dirinya sendiri. (10)
Monday, 21 November 2016
Thursday, 17 November 2016
Kami Cinta Damai...
Margonda, KonDe
Sejumlah tokoh pemuka agama di Kota Depok sepakat melakukan deklarasi cinta damai di lapangan utama Polresta Depok, Kamis (17/11). Deklarasi ini diharapkan mampu menangkal isu-isu provokasi yang di khawatirkan merusak keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kapolresta Depok, AKBP Herry Heryawan mengungkapkan, deklarasi damai yang diawali dengan apel
gabungan ke- Bhinekaan oleh sejumlah tokoh lintas agama dan organisasi kemasyarakatan itu ditujukan untuk
memperkuat rasa persatuan dan saling menghormati antar umat beragama.
"Kebersamaan ini tentunya dapat memperkuat silaturahmi antar suku dan agama, ya dapat memperkuat rasa ke-Bhinekaan," katanya pada wartawan.
Kapolres yang akrab disapa Henmen ini pun mengimbau para pemuka agama dan tokoh masyarakat untuk ikut menjaga ketertiban di kota ini
dengan ikut mencegah adanya aksi-aksi provokasi yang dapat memecah keutuhan NKRI.
"Jangan sampai orang-orang yang tidak bertanggung jawab mudah memprovokasi suatu masalah hingga menjadi persoalan besar. Kuatkan iman dan keyakinan kita bersama untuk membangun serta menjaga keamanan," tuturnya.
Selanjutnya Kapolres juga mengajak semua stakeholder termasuk mitra Polri untuk menjaga situasi agar tetap kondusif.
"Dengan mempolisikan masyarakat (Polmas), diharapkan rasa kepedulian menjaga keamanan di lingkungan sangat tinggi. Jika melihat ada
kejadian di lingkungan dapat segera melaporkan ke anggota (Polisi), sekecil apapun agar dapat segera ditanggulangi."
Tak jauh berbeda dengan Kapolres, Wakil Walikota Depok, Pradi Supriatna yang ikut hadir dalam apel ke-Bhinekaan itu
menambahkan, pihaknya juga telah meminta seluruh jajaran dari tingkat kecamatan, kelurahan hingga Rt dan Rw untuk brperan aktif dalam menjaga keamanan di kota ini.
"Jangan sampai ada isu-isu menyesatkan yang justru akan merugikan diri kita dan orang lain. Jika mendapat informasi sekecil apapun
yang berkaitan dengan sebuah isu, sebaiknya jangan langsung dipercaya tanyakan dulu kebenarannya,' kata pria yang sempat jadi inspektur upacara tersebut
Deklarasi cinta damai ke- Bhinekaan ini turut dihadiri Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Depok, dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). (kd-3)
Margonda, KonDe
Sejumlah tokoh pemuka agama di Kota Depok sepakat melakukan deklarasi cinta damai di lapangan utama Polresta Depok, Kamis (17/11). Deklarasi ini diharapkan mampu menangkal isu-isu provokasi yang di khawatirkan merusak keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kapolresta Depok, AKBP Herry Heryawan mengungkapkan, deklarasi damai yang diawali dengan apel
gabungan ke- Bhinekaan oleh sejumlah tokoh lintas agama dan organisasi kemasyarakatan itu ditujukan untuk
memperkuat rasa persatuan dan saling menghormati antar umat beragama.
"Kebersamaan ini tentunya dapat memperkuat silaturahmi antar suku dan agama, ya dapat memperkuat rasa ke-Bhinekaan," katanya pada wartawan.
Kapolres yang akrab disapa Henmen ini pun mengimbau para pemuka agama dan tokoh masyarakat untuk ikut menjaga ketertiban di kota ini
dengan ikut mencegah adanya aksi-aksi provokasi yang dapat memecah keutuhan NKRI.
"Jangan sampai orang-orang yang tidak bertanggung jawab mudah memprovokasi suatu masalah hingga menjadi persoalan besar. Kuatkan iman dan keyakinan kita bersama untuk membangun serta menjaga keamanan," tuturnya.
Selanjutnya Kapolres juga mengajak semua stakeholder termasuk mitra Polri untuk menjaga situasi agar tetap kondusif.
"Dengan mempolisikan masyarakat (Polmas), diharapkan rasa kepedulian menjaga keamanan di lingkungan sangat tinggi. Jika melihat ada
kejadian di lingkungan dapat segera melaporkan ke anggota (Polisi), sekecil apapun agar dapat segera ditanggulangi."
Tak jauh berbeda dengan Kapolres, Wakil Walikota Depok, Pradi Supriatna yang ikut hadir dalam apel ke-Bhinekaan itu
menambahkan, pihaknya juga telah meminta seluruh jajaran dari tingkat kecamatan, kelurahan hingga Rt dan Rw untuk brperan aktif dalam menjaga keamanan di kota ini.
"Jangan sampai ada isu-isu menyesatkan yang justru akan merugikan diri kita dan orang lain. Jika mendapat informasi sekecil apapun
yang berkaitan dengan sebuah isu, sebaiknya jangan langsung dipercaya tanyakan dulu kebenarannya,' kata pria yang sempat jadi inspektur upacara tersebut
Deklarasi cinta damai ke- Bhinekaan ini turut dihadiri Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Depok, dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). (kd-3)
Tuesday, 1 November 2016
7% Pemuda
Indonesia
Simpati
pada ISIS
Generasi muda Indonesia
mudah terhasut akibat lemahnya
kecintaan terhadap bangsa dan
Tanah Air.
RICKY P MARLY
NAHDLATUL Ulama (NU) menilai kecintaan generasi muda terhadap Tanah Air dan Pancasila sudah kendur. Akibatnya, generasi muda mudah terhasut pa-ham-paham radikal yang berpotensi memecah belah - bangsa.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj menyatakan data yang dia terima menunjukkan sebanyak 7 persen pemuda negeri ini bersimpati terhadap ISIS.
Tang bergabung dengan - ISIS sudah 1.240-an orang, yang mati 58-an orang, pulang dari Suriah puluhan," kata Said usai memperingati Hari Santri Nasional di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (22/10). ■ Said mengungkapkan angka im menjadi salah satu bukti ' lemahnya kecintaan generasi muda terhadap bangsanya ' sendiri sehingga potensi an-' caman teror radikal masih 1 besar terjadi di Tanah Air. "Perlu kita perkuat kembali komitmen kita terhadap NKRI," ujar Said. * -' -Said pun mengajak umat '' Islam Indonesia bersatu melawan segala bentuk upaya yang coba memecah-belah bangsa agar konflik horizontal yang sebagaimana terjadi di sejumlah negara Timur Tengah tidak melanda Indonesia.
"Irak korbannya sudah 1 juta lebih sejak 2002. Suriah korbannya 400 ribu, Yaman SO ribu. Libya bergejolak. Somalia berantakan. Indo- • nesia insya Allah dengan komitmen kita bersama, kita akan jaga," kata Said.
Lawan Bahaya Radikal
Bahaya radikal jadi sorotan NU dalam peringatan Hari Santri Nasional ke-2. Sebab, ancaman teror gerakan radikal belum sepenuhnya hilang.
NU mengajak seluruh elemen masyarakat memerangi kelompok radikal karena bertentangan dengan ajaran Islam. ISIS dan sekelompok organisasi yang menjadikan radikalisme dasar berdakwah harus kita lawan," kata Said AqiL
ISIS ataupun kelompok radikal sejenis, lanjut Said, jadi musuh bersama. Demikian juga dengan organisasi masyarakat keislaman yang menolak ideologi Pancasila sebagai dasar negara. Apalagi organisasi massa yang anarki. "Mereka juga harus kita luruskan. Ulama senantiasa mengajarkan Islam yang damai, dakwah Islam yang mengajak, bukan mengejek. Islam dapat merangkul, bukan memukul," ujarnya.
Ancamam gerakan radikal yang baru ini terjadi, seorang pemuda berusia 22 tahun. Sultan Ariansyah, menyerang tiga polisi secara membabi buta di Cikokol, Tangerang, Kamis (20/10). Sultan menyerang menggunakan golok. Dia juga sempat melempar diduga bom ke dalam pos polisi sebelum ditembak
petugas. (MTVN/R4)
Indonesia
Simpati
pada ISIS
Generasi muda Indonesia
mudah terhasut akibat lemahnya
kecintaan terhadap bangsa dan
Tanah Air.
RICKY P MARLY
NAHDLATUL Ulama (NU) menilai kecintaan generasi muda terhadap Tanah Air dan Pancasila sudah kendur. Akibatnya, generasi muda mudah terhasut pa-ham-paham radikal yang berpotensi memecah belah - bangsa.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj menyatakan data yang dia terima menunjukkan sebanyak 7 persen pemuda negeri ini bersimpati terhadap ISIS.
Tang bergabung dengan - ISIS sudah 1.240-an orang, yang mati 58-an orang, pulang dari Suriah puluhan," kata Said usai memperingati Hari Santri Nasional di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (22/10). ■ Said mengungkapkan angka im menjadi salah satu bukti ' lemahnya kecintaan generasi muda terhadap bangsanya ' sendiri sehingga potensi an-' caman teror radikal masih 1 besar terjadi di Tanah Air. "Perlu kita perkuat kembali komitmen kita terhadap NKRI," ujar Said. * -' -Said pun mengajak umat '' Islam Indonesia bersatu melawan segala bentuk upaya yang coba memecah-belah bangsa agar konflik horizontal yang sebagaimana terjadi di sejumlah negara Timur Tengah tidak melanda Indonesia.
"Irak korbannya sudah 1 juta lebih sejak 2002. Suriah korbannya 400 ribu, Yaman SO ribu. Libya bergejolak. Somalia berantakan. Indo- • nesia insya Allah dengan komitmen kita bersama, kita akan jaga," kata Said.
Lawan Bahaya Radikal
Bahaya radikal jadi sorotan NU dalam peringatan Hari Santri Nasional ke-2. Sebab, ancaman teror gerakan radikal belum sepenuhnya hilang.
NU mengajak seluruh elemen masyarakat memerangi kelompok radikal karena bertentangan dengan ajaran Islam. ISIS dan sekelompok organisasi yang menjadikan radikalisme dasar berdakwah harus kita lawan," kata Said AqiL
ISIS ataupun kelompok radikal sejenis, lanjut Said, jadi musuh bersama. Demikian juga dengan organisasi masyarakat keislaman yang menolak ideologi Pancasila sebagai dasar negara. Apalagi organisasi massa yang anarki. "Mereka juga harus kita luruskan. Ulama senantiasa mengajarkan Islam yang damai, dakwah Islam yang mengajak, bukan mengejek. Islam dapat merangkul, bukan memukul," ujarnya.
Ancamam gerakan radikal yang baru ini terjadi, seorang pemuda berusia 22 tahun. Sultan Ariansyah, menyerang tiga polisi secara membabi buta di Cikokol, Tangerang, Kamis (20/10). Sultan menyerang menggunakan golok. Dia juga sempat melempar diduga bom ke dalam pos polisi sebelum ditembak
petugas. (MTVN/R4)
Subscribe to:
Posts (Atom)